Edukasi Blog

Carilah apa yang ingin kalian cari, gapailah apa yang ingin kalian gapai. #EdukasiBlog

Apresiasi Karya Seni Kriya

Edukasi Blog - Apresiasi Karya Seni Kriya. Karya seni kriya ada yang memiliki nilai guna praktis dan ada pula yang memiliki nilai guna hias. Karya seni kriya yang termasuk karya seni rupa terapan, yaitu karya seni rupa yang lebih memerhatikan nilai guna praktis untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tahukah anda contoh-contoh karya seni kriya ? Cabang karya seni kriya dapat dikelompokkan menjadi karya tekstil, kriya anyaman, kriya lukis, kriya ukiran, kriya logam, kriya keramik, dan lain-lain.


Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni Kriya Nusantara 

Fungsi seni kriya sangat penting bagi masyarakat dan negara karena sektor penjualan seni kriya dapat meningkatkan devisa negara. Perhatian pemerintah terhadap seniman kriya cukup baik, hal ini terbukti dengan adanya pemberian penghargaan Upakarti bagi seniman atau perajin seni kriya yang berprestasi. Selain itu, didirikan juga Dewan Kerajinan Nasional di tingkat pusat dan daerah.

Dalam lingkup internasional, keunikan seni kriya Indonesia selalu menjadi perhatian ketika dipamerkan. Seni kriya merupakan istilah yang dipopulerkan untuk menggantikan kata kerajinan atau seni kerajinan yang dianggap tidak sesuai lagi. Dalam membuat karya seni kriya (craft) sangat dituntut kemampuan kriya (craftmanship) yang tinggi, seperti mengukir, membatik, menganyam, menggambar, melukis, membuat patung, menenun, membentujk, menyulam, menempa, atau mengecor.
(Penghargaan Upakarti)

Kriya Tekstil 

#Kriya Batik 
Prinsip utama dalam proses membatik, yaitu tutup celup. Bagian tertentu pada kain ditutup dengan bahan lilin malam memakai alat bernama canting untuk merintangi warna pada saat dicelup. Pada batik tradisional, lilin penutup berupa motif hias (isen) yang beragam. Teknik yang digunakan dalam membatik, diantaranya teknik tulis dan teknik cap. Teknik tulis menggunakan canting dan hasilnya berupa batik tulis. Teknik cap menggunakan alat berupa cap dari bahan tembaga yang dibentuk menjadi motif hias tertentu dan hasilnya disebut cap batik. Perupa Amri Yahya dari Yogyakarta menjadikan batik sebagai media berkarya seni lukis. Pusat kriya batik klasik terdapa di beberapa kota di Nusantara, seperti Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Madura, Jambi, dan Papua. Secara umum ada dua gaya batik, yaitu batik pesisir dan batik keraton.

#Kriya Tenun 
Teknik yang akan dibahas dalam artikel ini, yaitu teknik dengan alat teknik bukan mesin (ATBM). Salah satu alat tenun bukan mesin disebut tustel, seperti alat bantu anyam dan tenun gendong. Pada proses menenun dengan alat bukan mesin, benang dipersiapkan untuk ditenun dengan posisi membujur dan melintang, seperti menganyam. Benang pakan (benang yang melintang horizontal) diatur posisi nya pada benang lungsi (benang yang membujur vertikal) sehingga jika digunakan benang warna-warni akan membentuk motif tertentu.

#Kriya Bordir 
Bordir merupakan penerapan motif hias dengan cara dibordir di atas kain. Istilah lain yang hampir sama dengan teknik bordir, yaitu teknik sulam. Bantuan mesin bordir telah memudahkan proses produksi kriya bordir.  Kreatifitas perajin Bordir dapat dilihat dari motif hias yang dipilih, warna, kesesuaian dengan bahan, dan fungsi kainnya. Bordir ditetapkan pada pakaian, taplak, kerudung, dan mukena. Salah satu pusat bordir terkenal di Jawa Barat, yaitu Tasikmalaya.

KRIYA ANYAMAN 

Prinsip menganyam, yaitu memanfaatkan jalur melintang (horizontal yang disebut pakan) dan membujur (vertikal yang disebut lusi).Kedua jalur ini disusun tumpang tindih bergantian sehingga bersatu. Ada juga teknik menganyam yang memanfaatkan jalur miring atau diagonal dan gulungan. Jalinan bahan menampilkan motif hias tertentu dan akan semakin menarik jika memanfaatkan perbedaan warna. Teknik pembuatan anyaman dapat dilakukan secara manual (dengan tangan) dan ada juga yang menggunakan alat bantu sejenis alat tenun yang disebut tustel. Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, merupakan salah satu kota yang dikenal sebagai pusat produksi kriya anyaman dengan bahan, bentuk, dan teknik yang beragam. 

KRIYA LUKIS 

Proses produksi kriya lukisan biasanya dilakukan secara manual di atas kain sejenis kanvas yang dibentangkan. Proses melukis dimulai dengan melukis dasar dan dilanjutkan dengan tahap penyelesaian. Alat yang digunakan berupa kuas, pisau palet, palet untuk mencampur warna, dan cat minyak. Dalam kriya lukis, seseorang pelukis dapat membuat karya yang sama secara berulang-ulang.
Pusat kriya lukisan, diantaranya terdapat di Jelekong, Bandung (Jawa Barat), Sokaraja, Banyumas, (Jawa Tengah), dan Ubud (Bali).

KRIYA KULIT 

Pemanfaatan kulit satwa untuk kepentingan manusia sudah berlangsung sejak lama, tepatnya pada waktu manusia mulai berburu satwa liar. Sekarang kulit kambing, sapi, kerbau, atau reptil (buaya atau ular), sering dipakai manusia untuk memenuhi fungsi sandang, seperti pakaian, sepatu, tas, ikat pinggang, dompet atau jok kursi.
Daerah pusat penghasil kriya kulit, di daerah Yogyakarta, Bali dan Sukaregang.

KRIYA UKIRAN 

Aspek kegunaan benda yang dibuat memerlukan sentuhan seni rupa sehingga muncul upaya menghiasnya dengan berbagai cara. Salah satunya, yaitu dengan mengukir atau memahat.
Peralatan yang digunakan untuk mengukir, di antaranya pahat, palu, pisau raut, gergaji, kapak dan amplas. Kayu yang sudah kering dibentuk sesuai rancangan, kemudian dipahat bagian demi bagian. Proses mengukir berakhir pada tahap penghalusan yang bertujuan untuk memunculkan tekstur kayu dan mengawetkannya, seperti dengan plitur atau vernis. Tingkat kerumitan ukiran menentukan nilai seni dan harga jualnya. Di Magelang, para perajin memanfaatkan batu andesit untuk membuat patung atau arca batu meniru karya patung pada zaman Hindu klasik.

KRIYA LOGAM 

Prinsip mengecor yaitu mengisi cetakan yang sudah dibuat sesuai benda yang dikehendaki dengan logam yang sudah dididihkan. Bahan perunggu, kuningan, tembaga, dan perak dicor membentuk aneka alat rumah tangga, perhiasan, alat musik, dan senjata. Kegiatan pengecoran logam benda kriya, di antaranya dapat ditemui di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Selain dicor, logam dapat juga ditempa untuk dijadikan seni kriya, mislanya teknik pembuatan keris. Kegiatan menempa logam biasanya dilakukan bersama-sama dengan teknik mengecor dan mengukir. Misalnya, baja ditempa atau dibentuk untuk membentuk sebuah benda.

KRIYA KERAMIK 

Keramik dalam berbagai variasinya, seperti gerabah, tembikar, terakota, merupakan karya yang sudah diproduksi sejak zaman prasejarah. Bahan utama keramik berupa tanah liat yang sangat berlimpah di Nusantara. Bahan tanah liat tersebut dapat dibentuk dengan teknik cetak tekan (press molding) , lempeng (slabbing), pilin (coiling), dan pijit (pinching).  Plered (Purwakarta), Sitiwinangun (Cirebon, Jawa Barat), Purwokerto (Jawa Tengah), Kasongan (Yogyakarta), dan Dinoyo (Malang, Jawa Timur), merupakan pusat penghasil keramik yang terkenal di Indonesia.

KRIYA LAIN 

Proses berkarya seni rupa tidak hanya terdiri atas teknik seperti telah dikemukakan sebelumnya karena pada praktiknya dapa digunakan teknik, seperti merakit, mematri, menempel, dan menjalin. Kadang-kadang berbagai teknik dipadukan untuk menghasilkan sebuah karya seni rupa yang unik. 
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Seni Budaya SMA dengan judul Apresiasi Karya Seni Kriya. Berbagi itu indah. Jika kamu suka, jangan lupa like dan bagikan keteman-temanmu ya... TTD : Edukasi Blog
Ditulis oleh: Unknown - Sabtu, 05 Juli 2014

1 Komentar untuk "Apresiasi Karya Seni Kriya"